Penulis: Hariansyah
Lampung, 24 Mei 2025 - Ada-ada saja kisah dari sebuah Balai Pengumpulan Jatah Nakal (BPJN). Di tengah semangat membangun negeri melalui infrastruktur, terdengar kabar burung yang justru bikin aspal belum digelar tapi urusan “setor-menyetor” sudah lebih dulu mulus.
Menurut tokoh - tokoh tak kasat mata yang konon dari internal BPJN permintaan yang disebut "setoran" datang bahkan sebelum mereka sempat mencium aroma aspal panas. Katanya, jumlahnya tidak main-main. Cukup untuk bikin kontraktor kelas menengah mikir dua kali, atau tiga kali, tergantung utang cicilan mereka.
"Proyek belum dimulai, tapi sudah diminta setor. Mungkin ini bagian dari 'pra-produksi',” ujar salah satu sumber sambil tersenyum kecut, antara lelah dan pasrah.
Sumber lainnya, mungkin sudah kebal, berkata:
"Kami ini petugas teknis atau petugas tarik setor? Kadang bingung menyikapi nya"
Sungguh menarik. Ketika seluruh negeri sibuk bicara efisiensi, transparansi, dan digitalisasi birokrasi, ternyata masih ada ruang untuk tradisi lama: setoran manual, tanpa kwitansi, tanpa berita acara, tanpa logika.
Dan lucunya, semua diam. Seolah praktik semacam ini adalah bagian dari SOP tak tertulis. Seolah-olah setiap kursi jabatan datang sepaket dengan amplop kosong yang siap diisi. Yang tak mau setor, ya siap-siap disetarakan dengan musuh organisasi.
Bukankah aneh? Yang seharusnya fokus memastikan jalan dibangun dengan benar, malah disuruh "jalan" ke tempat-tempat tak jelas dengan bawaan titipan.
Pertanyaannya, kalau benar ada kepala Balai Pengumpulan Jatah Nakal (BPJN) yang minta setoran, untuk apa? Untuk siapa? Dan atas dasar apa? Atau jangan-jangan, karena sudah terlalu lama duduk di singgasana, lupa kalau jalan itu dibangun pakai uang rakyat, bukan untuk menyenangkan tuan-tuan berjas?
Sungguh, negeri ini tak kekurangan jalan. Yang kurang, hanya mereka yang benar-benar mau berjalan lurus.
Bersambung...
Konon, amplop ketiga belum sampai. Tapi kopi di meja kepala Balai sudah habis. Dan suara mesin fotokopi menyala pelan-pelan, menyalin angka-angka yang tak ada di DIPA.